Pemilihan Umum Indonesia 2024 menjadi momentum yang ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia dalam menentukan pemimpinnya untuk lima tahun ke depan. Dalam ajang ini, Prabowo Subianto, tokoh militer dan politisi yang sebelumnya pernah mencalonkan diri dalam Pilpres 2014, kembali maju sebagai calon presiden dengan dukungan Gerindra, PAN, dan PKS.
Dalam beberapa pekan terakhir, pergerakan popularitas Prabowo sangat dinamis. Berdasarkan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) di akhir September 2018, elektabilitas Prabowo mencapai 39,7% dibandingkan dengan Jokowi yang mencapai 49,2%. Namun, pada survei LSI di bulan Oktober 2018, elektabilitas Prabowo meningkat menjadi 42,6%, sementara elektabilitas Jokowi turun menjadi 47,8%.
Peningkatan elektabilitas Prabowo di bulan Oktober 2018 terutama disebabkan oleh dukungan dari Partai Demokrat. Partai yang didirikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengalami perpecahan secara internal dalam menentukan sikap politiknya dalam Pilpres 2019, namun akhirnya memberikan dukungan penuh kepada Prabowo yang diumumkan dalam acara Rapat Kerja Nasional Partai Demokrat beberapa waktu lalu.
Selain dukungan dari Partai Demokrat, Prabowo juga mulai gencar mengumpulkan dukungan dari berbagai elemen masyarakat, seperti pengusaha, artis, dan tokoh agama. Dalam beberapa pertemuan dengan para pengusaha dan investornya, Prabowo menjanjikan stabilitas ekonomi dan keamanan bagi mereka yang ingin membangun bisnis di Indonesia.
Namun demikian, popularitas Prabowo juga mendapat tantangan dari banyak pihak, terutama karena kembali munculnya isu-isu sensitif yang melibatkan masa lalunya. Beberapa laporan serius yang beredar di media sosial mempertanyakan rekam jejak Prabowo ketika masih menjabat sebagai Panglima ABRI, khususnya dalam peristiwa Tragedi Mei 1998 yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda. Prabowo sendiri menolak semua tuduhan yang dilayangkan kepadanya dan menyebut bahwa laporan tersebut sebagai propaganda politik yang dibuat oleh lawan politiknya.
Selain masalah masa lalu, Prabowo juga masih dihadapkan pada tugas yang berat dalam membangun dukungan di kalangan masyarakat urban, terutama para milenial yang aktif di media sosial. Menurut hasil survei Poltracking Indonesia, di kalangan milenial, dukungan untuk Jokowi mencapai 41,6%, sedangkan dukungan untuk Prabowo hanya mencapai 30,9%. Perbedaan yang signifikan ini harus menjadi perhatian serius bagi kubu Prabowo, mengingat milenial merupakan kelompok yang sangat aktif dan berpotensi dalam mempengaruhi opini publik.
Tren Popularitas Prabowo dalam Pemilihan Presiden 2023
Dalam sejumlah survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga polling di Indonesia, tren popularitas Prabowo dalam Pilpres 2019 cukup menjanjikan. Berikut adalah sejumlah poin yang dapat disimpulkan dari survei-survei tersebut:
1. Pada akhir September 2018, elektabilitas Prabowo mencapai 39,7% menurut survei LSI. Pada akhir Oktober 2018, elektabilitas Prabowo meningkat menjadi 42,6%.
2. Di survei yang sama, elektabilitas Jokowi pada akhir September 2018 mencapai 49,2%, sementara pada akhir Oktober 2018 turun menjadi 47,8%.
3. Dalam survei Poltracking Indonesia, dukungan dari kalangan milenial untuk Jokowi mencapai 41,6%, sementara dukungan untuk Prabowo hanya mencapai 30,9%.
4. Survei internal Partai Gerindra menunjukkan bahwa Prabowo unggul dalam lima provinsi besar, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara. Di provinsi-provinsi tersebut, elektabilitas Prabowo mencapai lebih dari 50%, sementara elektabilitas Jokowi di bawah 50%.
5. Dalam survei Media Survei Nasional (Median), Prabowo berada di posisi kedua dengan elektabilitas 23%, tepat di bawah Jokowi yang mencapai 26,2%.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Popularitas Prabowo
Apa yang melatarbelakangi kenaikan popularitas Prabowo dalam beberapa periode belakangan ini? Berikut beberapa faktor yang berkontribusi dalam meningkatkan elektabilitas Prabowo:
1. Dukungan dari beberapa partai politik, seperti Gerindra, PAN, dan PKS. Dukungan dari partai-partai ini membawa dampak signifikan pada popularitas Prabowo.
2. Promosi intensif di media sosial dan publikasi di media massa. Kantong suara milenial yang akan menjadi faktor kunci dalam Pilpres 2019 menjadi target bagi promosi Prabowo dan tim suksesnya. Mereka berusaha meningkatkan popularitas Prabowo di kalangan milenial.
3. Janji-janji dari Prabowo yang menawarkan stabilitas ekonomi dan keamanan bagi para pengusaha dan investor. Di tengah kekhawatiran para pelaku usaha terhadap kondisi ekonomi dan politik di Indonesia, janji Prabowo diharapkan dapat membawa kepercayaan mereka.
4. Memperoleh dukungan dari tokoh-tokoh nasional. Dukungan dari sejumlah tokoh nasional, seperti Amien Rais, Surya Paloh, dan Susilo Bambang Yudhoyono, membawa pengaruh penting dalam Pilpres 2019.
5. Serangan kampanye hitam terhadap Jokowi. Serangan kampanye hitam yang dilakukan oleh kelompok yang tidak suka terhadap Jokowi juga turut mempengaruhi kondisi politik yang mendukung Prabowo.
Sementara itu, ada beberapa faktor yang dapat menurunkan popularitas Prabowo dalam Pilpres 2019. Beberapa faktor tersebut adalah:
1. Kontroversi seputar masa lalu Prabowo sebagai panglima ABRI. Tuduhan dan persepsi negatif yang muncul terhadap masa lalu Prabowo diinstal oleh lawan politikinya kemungkinan besar akan menjadi faktor penghambat dalam Pilpres 2019.
2. Belum mendapatkan dukungan dari PDIP, partai politik yang saat ini memiliki banyak anggota di parlemen DPR.
3. Belum menunjukkan kualitas kepemimpinan yang dibutuhkan masyarakat Indonesia dalam menyelesaikan berbagai masalah sosial, ekonomi, dan politik.
4. Masalah elektabilitas di kalangan milenial yang masih cukup mengkhawatirkan. Sebagai kelompok yang sangat aktif dalam bermedia sosial, dukungan dari milenial akan menjadi faktor kunci dalam menentukan calon presiden yang terpilih.
Popularitas Prabowo di Pemilihan Presiden 2019 masih sangat dinamis. Meskipun dalam beberapa survei menunjukkan tren yang positif bagi Prabowo, namun masih berbagai faktor yang bisa menurunkan popularitasnya. Oleh karena itu, pihak Prabowo harus lebih fokus dalam membangun dukungan dari berbagai elemen masyarakat dan belajar dari masa lalu untuk memperkuat kualitas kepemimpinan. Bagi masyarakat Indonesia, penting untuk lebih memahami dan menggali informasi tentang visi dan misi dari tiap calon presiden dalam Pilpres 2019 sebelum menentukannya di TPS.