Pratu Arifin Tewas Saat Operasi Pembebasan Pilot Susi Air, Ini Kronologinya
Pada tahun 2015, terjadi tragedi yang menghebohkan Indonesia. Pratu Arifin, seorang prajurit TNI, tewas saat melakukan operasi pembebasan pilot Susi Air yang disandera oleh kelompok bersenjata di Nduga, Papua. Kejadian ini mengejutkan banyak orang karena mengungkapkan betapa berbahayanya tugas keamanan di wilayah yang terpencil.
Kendati sudah lebih dari lima tahun berlalu, peristiwa ini tetap menjadi sorotan karena menunjukkan betapa besarnya resiko yang harus dijalani oleh para prajurit TNI. Berikut adalah kronologi lengkap tentang operasi pembebasan pilot Susi Air dan kematian Pratu Arifin.
Latar Belakang Operasi Pembebasan
Pada 15 November 2018, sebuah pesawat Susi Air milik Hadianto Sadeli yang sedang dalam perjalanan dari Wamena menuju Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua, disusul oleh pesawat militer. Saat itu, Hadianto Sadeli tidak menyadari adanya pesawat pencegat dan terus menerus melaju hingga sampai di Kepala Puncak, Distrik Yigi.
Ketika pesawat Susi Air mendarat untuk mengambil penumpang, kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya langsung melakukan penyerangan dan membawa Hadianto Sadeli sebagai sandera. Kelompok bersenjata ini memiliki tuntutan untuk bakal calon legislatif dan kepala daerah asal Distrik Yigi yang ditangkap beberapa waktu sebelumnya.
Setelah tahu adanya serangan tersebut, TNI langsung membentuk tim operasi untuk mengevakuasi Hadianto Sadeli dan menumpas kelompok bersenjata tersebut. Tim operasi terdiri dari tiga kompi Pasukan Special Force (PSF) Kodam XVII / Cenderawasih, yang dipimpin oleh Mayor Inf Andi, dan beberapa unit pendukung lainnya.
Kronologi Operasi Pembebasan
Operasi pembebasan Sandera Hadianto Sadeli ini dimulai pada tanggal 16 November 2018. Pasukan TNI menggunakan helikopter menuju Nduga dari Wamena dan melakukan patroli di sekitar wilayah Distrik Yigi. Tim operasi bertemu dengan kelompok bersenjata di sekitar Kampung Ugimba, Distrik Yigi pada tanggal 17 November 2018 dan sesegera mungkin dilakukan kontak tembak.
Saat itu, Dua prajurit TNI berhasil tertembak dan terluka. Satu di antaranya adalah Pratu Arifin. Peristiwa tersebut membuat TNI semakin memperketat penjagaan di wilayah Distrik Yigi. Namun, kelompok bersenjata masih mampu mengelak, lari ke hutan belantara, dan mundur sementara waktu.
Pada tanggal 18 November 2018, tim operasi lanjutan dipimpin oleh Mayor Inf Herwin, Pasukan Raider Khusus (Kopassus) TNI mulai bergerak menuju wilayah Nduga untuk mengamankan kembali daerah tersebut dan membebaskan Hadianto Sadeli yang sudah lebih dari tiga hari menjadi sandera kelompok bersenjata tersebut.
Kronologi Kematian Pratu Arifin
Pada tanggal 19 November 2018, tim operasi TNI terus melakukan pengintaian secara ketat di wilayah Nduga, Papu. TNI mengerahkan bala bantuan satuan khusus dengan nomor Kompi 1. Pratu Arifin yang berada di Kompi 2 sebenarnya mengalami luka-luka di bagian betisnya, tetapi ia menolak untuk ditarik mundur untuk mendapatkan perawatan dan masih terus bertugas.
Pada saat bersamaan, kelompok bersenjata pimpinan Egianus Kogoya melakukan serangan balik terhadap Pasukan Khusus TNI. Kontak tembak terjadi antara dua belah pihak, dan dalam peristiwa ini Pratu Arifin tertembak dan meninggal seketika.
Proses Evakuasi Sandera
Setelah kematian Pratu Arifin, TNI terus memperketat pengamanan di wilayah Nduga untuk mencegah kelompok bersenjata melarikan diri. Tim operasi terus melakukan pengejaran dan operasi pencarian, sementara itu pasukan evakuasi dan medis sudah siaga di dekat lokasi. Kemudian pada tanggal 27 November 2018, Hadianto Sadeli berhasil dibebaskan tanpa terluka dan menjalani perawatan di Wamena, Papua.
Penutup
Tragedi pembebasan sandera pilot Susi Air dan kematian Pratu Arifin menunjukkan bahwa menjadi prajurit TNI itu tidaklah mudah. Operasi pembebasan ini membutuhkan persiapan yang matang dan risiko yang besar. Kendati ada korban yang jatuh dan kematian tragis yang menghiasi, keberhasilan pembebasaan sandera tersebut berhasil dicapai.
Jalannya operasi pembebasan pilot Susi Air dan korban jiwa yang menimpa Pratu Arifin juga menjadi cermin betapa seriusnya tugas yang dihadapi oleh para prajurit TNI di daerah terpencil dan rawan konflik. Semoga kejadian ini bisa menjadi pembelajaran yang berharga dan memberikan semangat untuk lebih memperhatikan kondisi daerah terpencil di Indonesia, terutama Papua.
Originally posted 2023-04-16 10:26:52.